

Olih : kakyang
Dalang sadhar
(Sang ketut
DharmayasaBA.)
PRAKATA
Atas asung waranugraha Ida tuhan Yang maha kuasa, sebagai sumber
pengetahuan di dunia, sehingga saya mampu membuat
makalah yang sederhana ini, yang
mana saya beri judul “ peranan dalang dalam mengembangkan sastra
Budaya Agama Bali. Karena mengingat ada beberapa dalang yang belum mampu memaknai tentang tugas dan peranannya dalam kehiodupan sehari hari,
bahkan belum mengetahui secara mendetail tentang sastra ajaran Agama Hindhu sendiri.Sedangkan peran Dalang dalam
hal ini sangat penting dan diperlukan sekali dalam menuntun Umat masyarakat
pada umumnya. Itulah sebagai latar belakang kenapa saya
berikan judul “ Peranan Dalan dalam mengembangkan sastra Budaya Agama Bali “
Merasa keterbatasan saya sebagai manusia yang mana dibentruk
oleh unsur Panca maha buta, sebagai ciri ketidak sempurnaan saya sebagai manusia,
dan di buat oleh pertemuan ayah dan ibu
sebagai lambang rwa bhineda maka jelas
sekali kesalahan tidak mungkin akan bisa saya hindari oleh karena itu bila
dalam penyajian makalah yang saya sajikan
ada yang tidak berkenan agar dimaafkan dan
jangan diam , berikanlah masukan
masukan dan sayan kritik yang membangun
sehingga kemudian hari bisa
saya gapai kesempurnaan,
Atas
perhatiannya para peserta kami sampaikan banyak terima kasih
Dari penyaji makalah
SANG KETUT
DHARMAYASA BA.
RIWAYAT HIDUP
PENYAJI
Om Awignam astu , Om swastiastu
Saya dilahirkan di
banjar peninjoan Desa paksebali kecamatan dawan
kabupaten klungkung lahir pada
tanggal 01 Januari 1960, Sukra
umanis Menail.Sebenarnya
saya tidak berhak memberikan
sajian disini kalau ditinjau dari
sudut profesionalisme,tetapi entah apa saya ditawari untuk memebrikan makalah , pedalangan, saya
akan coba, karena mencoba tidak akan salah
kalau merasa mampu,.karena dari
latar belakang saya Tamatan sastra
Inggris fakultas sastra UNUD tahun
1984, lalu mempunyai penmgalaman di Hotel dunia
pariwisata sejak 1986,dan pengalaman
guru pengajar bahasa Inggris sejak tahun 1979 sampai sekarang.
Adapun unsur Seni dan darah
Pregina mungkin dari leluhur
saya dulu, sehingga apa yang saya lakoni sekarang ini serba
ortodidak,dari : Gita shanti,Wakia Wirama , geguritan , terus terang saja nggak pernah belajar dan siapa yang menjadi guru ?Arja godogan , calon Arang ,
dan Topeng Sida karya, juga secara ortodidiak, bahkan Ngusada, mayuh Oton, dan wayang Sapu leger calon Arang wayang gedog,
semua itu tanpa guru….
Karena saya sangat
percaya dengan kata kata kresna pada
Arjuna :”wahai kau Arjuna, apapun yang kau pikirkan itulah yang kau
temukan !!!!!
Wahai kau Arjuna bila
kau menyebut namaku, maka AKU akan hadir
pada DIRIMU !
Ini yang satya pakai titik acuan sehingga apa yang saya lakoni sekarang ini semua bersumber dari beliau dalam wuwjud
Beatara Taksu ? ratu Nyoman sakti pengadangan sakti dan sekali gus beliaulah
GURU saya sendiri !!!
Apapaun yang saya
paparkan nanti semoga bisa mengena dan sesuai dengan apa yang
kita harapkan bersama semoga , mogi mogi
Astungkara !!
Om shanti,shanti,shanti
Om.
Kakyang Dalang.
Peranan Dalang dalam meningkatkan Sastra
, Budaya , Agama Bali.
Oleh : kakyang dalang sadhar
Om Awignam
astu , Om swastiastu,
Sebelum saya
menukik pada inti pembicaraan lebih baik saya paparkan dulu apa arti
Dalang. Dan apa itu Dalang.
Dalang
Orang
yang memainkan (mengatur,menggerakkan) wayang (wayang kulit,dan wayang golek)
dengan cara bersembunyi di balik layar dan sekaligus mengucapkan kata-kata yang
seharusnya diucapkan oleh para pelaku dengan menggunakkan berbagai variasi
suara (suara anak-anak,suara perempuan,suara laki-laki,suara raksasa,dan
sebagainya, sesuai dengan identitas pelaku wayang yang disuarakannya. Dalang
memiliki kemampuan fisik yang prima ketika melakukan pementasan karena ia harus
sanggup duduk selama beberapa jam. Pertunjukan wayang biasanya berlangsung satu
malam suntuk. Bagian-bagian penting yang berisi hal-hal yang bersifat filosofis
justru disampaikan oleh dalang pada tengah malam atau atau pada dua pertiga
malam. Dalang dapat melakukan improvisasi di dalam menyampaikan pertunjukan
wayang. Semakin kreatif seorang dalang dalam menyajikan pertunjukan
wayang,masyarakat penikmatnya akan semakin senang menyaksikan pertunjukannya.
Disamping memperoleh keterampilan mendalang melalaui proses belajar,tidak
sedikit para dalang menguasainya karena faktor keturunan. Maksudnya kepiawaian
mendalang dari seorang ayah dapat diturunkan kepada anaknya,dan
seterusnya. Di dalam menyampaikan cerita,pada umumnya dalang menyampaikan
dalam bahasa daerah. Wayang kulit atau wayang purwa dalam bahasa jawa dan
wayang golek dalam bahasa sunda. meskipun dianggap melanggar ketentuan,karena
faktor tertentu ada juga dalam yang menggunakan bahasa indonesia di dalam
menyajikan pementasan wayangnya. Saat ini sudah ada sekolah/kursus dalang yang
peminatnya bahkan berasal dari mancanegara,seperti Inggris,Belanda,dan Amerika
Serikat.
Juga ada berpendapat bahwa :
Seseorang
yang mengolah tentang carita dan menjadi segala peran yang ada dalam
pertunjukan maupun dalam permainan,dalam kehidupan.
Sehingga
Dalang itu menyesuaikan diri dengan pertunjukkan
atau pentas yang akan di tunjukkan,dari sini muncul akan beberapa dalang:
1
dalang wayang
2 dalang drama tari/ sendra tari/ sang hyang jaran.
Sehingga peran Dalang sangat penting karena Dalang akan sebagai Panutan masyuarakat
sekiytarnya. Atau seluruh masyarakat yang pernah mendengar dan menonton pertunjukkan yang didalangi.bahkan mampu
menghilngkan peran dalang bila di kolaborasi seperti yg tertulis di Bali post oleh
bpk suparta
Wayang Dikolaborasi, Peran Dalang Berkurang
UJIAN
Sarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, 5-9 Mei lalu kembali mengukir
sejarah dunia pedalangan.
Betapa tidak, enam mahasiswa pedalangan
ikut serta menampilkan karya seninya dengan semangat berkobar-kobar. Ini bisa dipahami karena mereka mendapat tugas berat yakni melestarikan kesenian yang diakui Unesco sebagai "Masterpiese of the Oral and
Intangible Heritage of Humanity" atau "Karya Agung Budaya dan Benda Warisan Manusia".
------------
Demi meraih nilai memuaskan, mereka tampak "mati-matian" berusaha menunjukkan garapan seninya. Mereka menggunakan layar lebar, dengan tata-lampu modern seperti lampu strobo dan spot-lights. Mereka juga memanfaatkan teknologi canggih overhead-projector untuk menciptakan citra-citra realistis sebagai latar belakang.
Demi meraih nilai memuaskan, mereka tampak "mati-matian" berusaha menunjukkan garapan seninya. Mereka menggunakan layar lebar, dengan tata-lampu modern seperti lampu strobo dan spot-lights. Mereka juga memanfaatkan teknologi canggih overhead-projector untuk menciptakan citra-citra realistis sebagai latar belakang.
Supaya lebih afdol, mereka juga memakai
penari manusia, ada yang bertopeng dan ada pula yang dirias. Sejumlah
pasinden pria maupun wanita juga menyemarakkan karya seni itu. Iringan
musiknya pun beragam.
Untuk semua itu, dana yang dihabiskan dari sejak latihan pertama sampai tampil ujian, konon sedikitnya Rp 15 juta.
Apa yang dilakukan para seniman akademis itu, rupanya bisa dipahami. Sebagaimana
tersirat dalam "Ensiklopedi Wayang Indonesia" (vol.1, 1999), untuk
mempertahankan dan mengembangkan kesenian wayang, ada tiga landasan utama yang
perlu diperhatikan yaitu, hamot, hamong, dan hamemangkat. Hamot
adalah keterbukaan untuk menerima pengaruh dan masukan dari dalam maupun dari
luar.
Hamong adalah kemampuan untuk menyaring
unsur-unsur baru yang sesuai dengan nilai-nilai wayang yang ada, untuk
selanjutnya diangkat menjadi nilai-nilai yang cocok dengan wayang sebagai bekal
untuk bergerak maju sesuai perkembangan masyarakat. Hamemangkat
atau memangkat adalah suatu nilai menjadi nilai baru. Upaya ini dilakukan melalui proses panjang yang dicerna dengan cermat.
Dengan mengacu pada hamot, maka wayang
kulit Bali rupanya sangat terbuka pada pengaruh-pengaruh dari luar. Kemajuan
tekonologi telah memberi dan memperkaya warna baru pada kesenian ini. Alat
pengeras suara, komputer dan alat canggih lainnya sangat membantu dalam
pagelaran wayang kulit.
Difinisi Wayang
Apakah penampilan dalang ISI tadi bisa
disebut kolaborasi, mungkin "ya". Apakah kolaborasi itu
menunjukkan mereka kreatif dan inovatif, mungkin juga "ya". Terlepas dari semua itu, difinisi wayang dari dulu sampai kini tetap sama, yakni sebagai seni pertunjukan yang memadukan pelbagai macam unsur, seperti seni sastra, seni ukir, kriya, seni suara, seni drama, dan seni musik gamelan.
Dengan adanya kolaborasi itu, peran
dalang menjadi berkurang.
Untuk menggerakkan sejumlah wayang,
dalang bisa menggunakan sejumlah orang. Demikian pula untuk
membunyikan gedog, menciptakan suasana tertentu dengan tembang, juga sudah ada
yang mengambil peran itu.
Jika garapan seperti itu "diwarisi" terus menerus, maka untuk menampilkan garapan yang lebih maksimal, bisa mengandalkan dana. Paling
tidak, uang sangat berpengaruh dan menjadi kunci utama, meskipun tidak bisa
disebut mutlak.
Peserta ujian bisa menyewa seniman kondang. Jika
ingin menampilkan adegan lucu, sewa saja pelawak terkenal. Singkatnya,
para seniman atau artis kondang baik artis lokal maupun ibukota bisa dipasang
untuk mengambil peran sesuai dengan lakon pertunjukan. Jangan lupa pula, publikasikan secara besar-besaran di media massa, maka penonton pun akan berjubel.
Maaf, ungkapan yang rada emosional tadi
anggap saja sebuah gurauan yang tidak usah ditanggapi serius. Tulisan ini sama sekali tidak dimaksudkan melakukan penilaian, tapi hanya ingin memancing diskusi seputar seni pewayangan. Bagaimana sebaiknya seni pewayangan itu tampil untuk kepentingan ujian, yang notabene tim penguji adalah orang-orang yang paham pada seni dan memiliki kualitas akademis.
Tingkat apresiasi terhadap wayang tentu tidak sama, baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif. Perbedaan
ini terjadi karena berbagai faktor yakni pendidikan dan pengetahuan, status
sosial dan latar belakang budaya yang berbeda.
Lebih Banyak
Bagi masyarakat Hindu di Bali, wayang
ditanggap lebih banyak untuk kepentingan upacara, kemudian dinikmati sebagai
tontonan dan hiburan pelepas penat. Untuk upacara, yang
penting "puput", untuk menghibur, yang penting lucu. Mereka
tidak terlalu mempedulikan sisi artistik atau segi lainnya. Oleh karena itu, bagi penonton tertentu, akan merasa terhibur jika ada adegan penampilan yang glamor, vulgar, nyata. Teknologi
canggih tentu sangat penting dilibatkan di sini. Namun bagaimana bagi kalangan budayawan atau tim penguji sekaliber dosen ISI?
Jika yang diuji atau dinilai adalah
kemampuan individual peserta ujian (dalang), maka peran dalang sebaiknya
diberikan lebih banyak.
Semasa proses perkuliahan mereka mendapat pelajaran tetikasan (gerak wayang), anta wacana (dialog), olah vokal dan sebagainya, maka kepiawaian itu mesti ditunjukkan pada saat ujian.
Jika dalang memiliki modal vokal yang
baik, menguasai tembang, maka kemampuan itu perlu ditampilkan. Peran pasinden bisa saja dikurangi atau ditiadakan sama sekali. Jika
lampu listrik bisa menurunkan kualitas bayangan wayang, maka alat itu tak usah
digunakan.
Jika wayang adalah simbol, maka untuk apa pula menampilkan gambar realistis. Masyarakat
awam pun bisa menerima kalau kayon bisa berperan sebagai air, angin, gunung,
bahkan rumah.
Sekali lagi, tulisan ini tidak
dimaksudnya untuk melakukan penilaian terhadap peserta ujian, melainkan hanya
sekadar urun pendapat bagaimana sebaiknya menampilkan seni pewayangan
(pedalangan) untuk ujian, untuk umum, maupun untuk eksperimen. Tempat,
ruang dan waktu atau desa kala patra mungkin bisa menentukan penilaian sebuah
penampilan.
Ketika layar lebar dan teknologi
canggih digunakan pertama kali, mungkin saja itu disebut pembaruan. Namun
untuk ujian di kampus ISI, bisa jadi dianggap "biasa-biasa saja"
bahkan usang.
Terlepas dari semua itu, usaha dan
kerja keras ISI dalam melakukan gebrakan dalam dunia pewayangan patutlah
diacungi jempol.
ISI tentu tidak bermaksud hanya
mencetak seniman (praktisi), tapi juga melahirkan intelektual, cendekiawan yang
bisa berbicara pada masalah kebudayaan.
*
wayan supartha
PERAN DALANG
DALAM MENINGKATKAN SASTRA
BUDAYA DAN AGAMA.
Seorang dalang
harus mempunyai wawasan
secara general, karena dia mempunyai
peranan penting dalam kehidupan sehari hari
agar bisa menjadi panutan masyarakat
Dalam bidang Sastra .
Ajaran Agama Hindhu
hampir semuanya berdasarkan
sastra,karena sastra sebagai sumber
segalanya.Tanpa sastra Manusia mati,
Itulah sebabnya seorang Dalang sebagai
dasar pengetahuan adalah sastra, karena segalanya yang akan dipaparkan adalah
bagian dari sastra.misalnya Tatwa, Parwa, Purana,
Untuk menunjukkan Peran Dalang Dalam masyarakat Hindhu
khususnya seorang dalang semestinya mempunyai Potensi dalam memaparkan ajaran
sastra tersebut kepada audience.sehingga mampu
menghapus salah tafsir yang begitu lama berkembang yang disebuit
Gugun Tuwon yang hanya mampu mengatakan
“ MULA KETO” dari sini akan membuat kesan bahwa Agama Hindhu hambar, sehingga tidak ada kejelasan terhadap ajaran Agama Hindhu
Contoh:
Seseorang bertanya, apa sebabnya membuat penjor setiap Hari galungan
??kenapa metanjung sambuk saat mekalah kalahan ?? paling tidak
hanya dijawab Mula keto / sudah dari sudah begitu !!!disinilah peran
dalang agar mampu mengupas isi
Sastra tersebut agar mengetahui makna yang terkandung dalam kata kata tersebut.
Misalnya tentang sang hyang Widhi,apakah sang hyang widhi ,
dimanakah beliau ,. Kenapa tidak bisa dilihat ?
semua pertanyaan tersebut akan hanya bisa mendapat jawaban : ‘ MULA KETO
“
Menurut saya,bahwa
Mula keto hanyalah salah penapsiran yang selalu berkembang.
Sebenarnya Mula keto adalah terjemahan dari ; TATWA,salah satu Krangka Agama Hindhu
\yang mana sebenarnya berarti : Tat= That = Itu wa=
is= ya,. Adalah.
Sehingga Tatwa= Itulah
dia yang benar ENTO Ba Ya ! Mula
Keto !
Jadi yang hilang
adalah : SATWA= SAT kebenaran WA= warah
Sehingga bila dilengkapi dengan Satwanya maka akan jelaslah dia
seperti ada YAMA TATWA= BEGITULAH SEBENARNYA KEBENARAN TENTANG YAMA.
WIDHI TATWA= BEGITULAH SEBENARNYA YANG DIMAKSUD WIDHI
DEWA TATWA = BEGITULAH SEBENARNYA YANG DIMAKSUD DEWA.
Widhi tatwa,
Apa, siapa , yang sebanarnya dimaksud Widhi ?
Kalau menurut sastra : WIDHI
berasal dari dua kruna, suku kata
: WI dan DHI
Wi adalah wit= pokok , sumber.,asal. Dasar,
Dhi= adhi = Utama =-
Dibya
Jadi Widhi adalah
Sumber segala sumber, sebagai awal segalanya, makanya dalam bahasa Inggris disebut :
GOD is the
source of everything in the world ( sumber segala sumber di seluruh Dunia)
Kalau di sastra spiritual dilkatakan bahwa Tuhan adalah
sangkan paranikang rat = Dialah sebagai biang keladi biang kerok dan sebagai
penyebab segala yang terjadi di dunia.
Kenapa Sang Hyang
Widhi nggak bisa Dilihat???
Pasti jawababnya yang anda terima : MULA KETO
\saya akan mencoba untuk mengungkap dengan sastra,sehingga
para Dalang mampu menyampaikan pesan ini kepada Masyarakat agar betul
betul peran Dalang meningkatkan Sastra Budaya Dan Agama.
Hindhu.Bali
Sang Hyang widhi juga
disebut : ADHI SUKSMA
Adhi = utama= sari =-
inti
Suksma= galang ,
lobang , hilang , suci ., sukla sunya
ADHI SUKSMA = Sepi yang paling sepi, suci yang paling
utama
Bila kita sadhar
bahwa Sepi , sunya , Kosong,
galang , terang, dan lenyap.
Di dalam tingkat
perbandingan di dunia ada tiga tingkat:
Positif, kompoaratif
, dan superlative
Yang positif : galang/ terang / sunyi
Komparatif : lebih galang , lebih terang, lebih sunyi
Superlatif + paling galang , paling terang, paling sepi
.,paling sepi
Jadi Adhi Suksma = paling sepi . paling terang . paling
galang. Paling suci
Sevcara lokika bila saya bedrtanya kepada seseorang kenapa sepi dirumah mu ?
Karena nggak ada
sipa,kalau nggak ada siapa
Mungkinkah ada yang dilihat ?
Jelas sudah
apalagi Paling sepi, yang sepi
saja nghgak ada siapa siapa,apa lagi paling sepi / sepi utama.
Yang kedua Hyang
Widhi juga disebut : SANG HYANG DIBYA
CAKSU
Dibya = inti , sari . pokok. Utama,
Caksu= mata,
sarana untuk melihat.
Caksu Dibya = optikal
secara biologis, karena sebagai inti mata, yuang mana letaknya di ujung belakang
mata, kalau dalam bahasa bali disebuit : HYANG WIDHI HANA MARENG
TELENGING IRENGING MATA
Ditinjau secara Fisika / science, Mungkinkah kita
melihat inti masta yang mana
sebagai optikal atau saran melihat, yang letaknya dibelakang mata ?jelas tidak mungkin,
Karena secara teori
benda yang bisa dilihat bila berada di
depan mata!!!!
Jadi itulah sebabnya Kita tidak bisa melihat sang Hyang
Widhi bukan “ MULA KETO
Ada juga cara kita
memaparkan kenapa Tuhan tidak Bisa dilihat karena beliau biosa berwujud dualism : Sekala/ real/nyata dan
bel;iau juga bisa berwujud ABSTRACT/ Niskala/ tidak Nyata.
Bila kita mau
menerima bahwa WIDHI adalah segalanya,maka APAPUN YANG KITA
LIHAT , MAKAN , MINUM ,RASAKAN ,
DENGAR DAN SEBAGAI ADALAH TUHAN
Sehingga segalanya disini adalah TUHAN/Widhi( sumber
segalanya)
Contoh : pohon
mangga sebenarnya = tuhan, tetapi saking Bodonya manusia dirubah namanya bahkan diganti dan di klasifikasikan
dengan bermacam macam mangga sehingga
Karakter Tuhan yang sebanarfnya hilang…
termasuk cirri Khasnya Hilang !
Bila kita mengerti tentanbg sastranya maka apapun akan bisa diungkap sesuai dengan
yang diinginkan karena sastra Sumber Pengetahuan.
SWama dengan pengertian RWA BHINEDA.
Apa sebenarnya rwa bhineda ?banyak bisa mengucvapkan tetapi
bila disuruh membuktikan masih lengak
lengok, cengingisan…..
Inio yang perlu
dibongkar oleh DaLANG MENJELASKAN ARTI
SASTRA SECARA TUNTAS KEPADA MASYARAKAT LUAS SEHINGGA YANG MASAIH KABUR AGAR JELASSSSSS!
RWA BHINEDA
Apa sebenarnya rwa bhineda?
RWA BHINEDA : adalah suatu
koindisi ‘RASA”/ keadaan yang berbeda tetapi tetap dalam satu kesatuan
yang tak pernah bisa dipisahkan.
Jadi yang penting disini adalah Rasa.sehingga memunculkan banyak tafsiran : contoh rwa bhineda :Kangin – kauh, kaja kelod,
suka - duka, hidup mati, dsb
Yang mana sebenarnya disebut
rwa Bhineda antara Kangin dan
kauh /??? Ya jel;as posisi yang ada di tengah,k
karena yang ditengah mengandung
kedua duanya, ::Kangin juga ada di
tengah,. Kauh juga ada di tengah. Contoh agar
lebih gamblang :
A berada disebelah timur
B sedangkan C ada disebelah barat B,jadi
yang mengandung Timur dan barat
adalh “ B”sehingga B inilah sebenarnya yang dimaksud Rwa Bhineda.
Yang penting kita
sadar akan dasar krangka Agama Hinmdhu adalah : TATWA . SUSILA
UPACARA.,
TATWA : SEGALA SESUATU NYA SELALU BERPATROKAN PADA SASTRA
SUSILA ;prilaku , tindak tanduk, sifat, dan perbuatan
yang mamPU MENYENAGKAN ORANG LAIN, SESUAI DENGAN
AJARAN AGAMA, SEHINGGA SESUAI DENGAN
SASTRA, SEDANGKAN UPACARA >RENTETAN
PERJALANAN SUATU UPACARA/ ACARA YANG MANA SELALU BERPATOKAN PADA SASTRA /
TATWA.
DALAM UPACARA JELAS
MENGGUNAKAN PIRANTI, / SARANA,SAMPAI
SEKARANG BANYAK YANG BELUM TAHU TENTANG MAKNA DARI PIRANTI TERSEBUT, BAHKAN TIDAK TAHU GUNANYA…..
INI YANG PERLU DIPAPARKAN
KEPADA MASYARAKAT AGAR TIDAK SELALU :”MULA KETO ‘”
CONTOH : TETIMPUG
YANG MANA DIGUNKAN PADA SETIAP UPACARA :
CARUI BUTHA YADNYA, MEKALAH LAHAN./ PAWIWAHAN . / MANUSA
YADNYA,NGENTEG LINGGIH / DEWA YADNYA, DSB.
YANG MANA
PIRANTI ALAT TERSEBUT TERDIRI
DARI TIGA UNSUR : PRAKPAK,(DAUN KELAPA YANG KERING ) BAMBU
MUDA,
SEBENARNYA MAKNA YANG
TERKANDUNG ADALAH MEMBERIKAN PENGERTIAN
BAHWA : Tuhan yang berwujud tri sakti
selalu dekat dengan kita, dan sebagai bukti
juga bahwa Tuhan hanya satu, Cuma sebutan beliau
berbeda, dalam bentuk lambing trimurti
Brahma Wisnu Iswara, makanya ada
juga bilang bahwa: BRAHMA DIA WISNU
DIA DAN SIWA DIA, BISAKAH MEMBUKTIKAN ????pasti terlena nggak ada jawaban atau memmbisu,Inilah
sebenarnya sebagai bukti Bahwa Braha /
prakpak, juyga sama dengan bamboo, tanpa keduanya tak mungkin akan muncul : iswara/ suara yang makeplug !!!!!
Bila tanpa prakpak
bamboo takkan panas,. Tanpa adanya
bamboo, maka tak ada yang akan terbakar…jelas suara tARRRRR tak akan terjadi ?
Disinilah agar kita mengatahui juga makna : sabda
bayu dan idep tidak boleh
dip[isahkan karena selalu menyatru demi
kebaikan dan keberhasilan.
Sebagai bukti : bila seseorang jalan p[ikirannya berbeda dengan apa yang diucapkan pasti
dicemoh….Bohong dusta dsb. Apalagi bicara
tak sesuai dengan laksananya ???jelas akan dilecehkan dalam kehidupan,
itulah sebabnya kita sebagai manusia :
harus mampu menyatukan : PIKIRAN , KATA
KTA - DAN PERBUATAN SEBAGAI WUJUD NYATA
MAKA BAHAGIALAH SEBAGAI HASIL TERAKHIR
KASRENA SESUAI DENGAN APA YANG DI GAPAI !!!!!!!!!!!!
AGAMA HINDHU BUKAN
ANSTRAK TETAPI REAL:
MAMPU MEMBUKTIKAN BAHWA
API ADA DALAM AIR DAN ANGIN ADA
DALAM API, YANG MANA MEWUJUDKAN BAHWA Brahma wisnu
siwa Tunggal !!!!
Sekaranmg menjelang
hari raya nyepi banyak para pemuda, yowana mulai mengmpulkan bahan, dan lalu membeli karbit, dicampu dengan air maka terjadialah suatu suara yang
amat DAHSYATTTTTTTTTTTTTTTTTTT!!!!!!!!KITA B UKTIKAN BRAHMA WISNU SIWA
TUNGGAL TAK BISA DIPISAHKAN :
C2 H2 ( KARBIT) +
AIR H2O =
cedarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr(C2 H4)…..
ADALAGI MAKNA TIKEH DADAKAN
TIKEH = TAKEH =
PARIKRAMA= SOLAH/PIDADAB SAJERONING URIP
DADAKAN = TANPA DIKETAHUI
KEHADIRANNYA, TANPA DINYANA
PAN DAN=TITAH. KEHENDAK
TUHAN
MAKA TIKEH DADAKAN
BERARTI :
BAHWA SETIAP ADANYA
UPACARA, YANG SEBAGAI PUCUK DIUPACARAI HARUS LEBIH HATI HATI, KARENA
SETIAP PEMBAHARUAN PASTI AKAN ADA PERUBAHAN/ GODAAN/COBAAN/MASALAH BARU /
PROBLEMA, BELENGGU..
BILA ADA PERCOBAAN / GODAAN/ DSB HARUS MENYADARI DIRI
SENDIRI KARENA JAWABANYA HANA DI RELUNG HATI YANG DALAM
INI SEBAGAI ARTI : KENAPA HARUS DITUSUK DIBUAT LOBANG DI
TENGAH TENGAH TIKAR DADAKAN ITU.
SETIAP UPACARA :
MENEK BAJANG / RAJA SWALA / RAJA SINGA. METATAH . PAWIWAHAN.
MEDIKSA., metatah harus ada tikeh
dadakan
Apalagi masalah
SUSILA
Salah satu dari
bagian TRI KRANGKA AGAMA HINDHU YANG MESTI DIKETAHUI DAN DILAKSANAKAN OLEH UMAT HINDHU. MASIH JUGA BANYAK YANG BELUM MENGERTI, BUKTINYA BANYAK
YANG MASIH MERASA LEBIH TERHORMAT, MERASA WARIH BANGSAWAN. MDERASA LEBIH
TINGGI DERAJATNYA.
KALAU MAU MEMPELAJARI
SASTRA maka tidak akan terjadi demikian disinilah p[erlu Ki Dal;ang memaprkan kepada masyarakat.agar mampu meng APPLIKASIKAN SASTRA TERSEBUT PADA
KEHIDUPAN SEHARI HARI
SUSILA
TERKANDUNG SOPAN
SANTUN, SALING MENGHORMATI, SALING MANGHARGAI
INIPUN BELUM SEMUA
MAMPU MELAKSANAKAN DENGAN BENAR BAHKAN ADA P0ERANDA YANG SUDAH SUCI DINIKSAN
MASIH JUGA TIDAK MAU
MELAKSANAKAN PUJA STUTI BERSAMAAN DDENGAN SEORANG MPU
APAKAH SRI MPU LEBIH
RENDAH ???INILAH PERLU DI BONMGKAR DIPAPARKAN LEWAT PENTAS WAYANG OLEH KI
DALANG AGAR TAHU TENTANG SUSILA YANG SEBENARNYA.!
SEDANGKAN SUDAH NYATA DALAM PELAJARAN SUSILA ADALAH TINGKAH LAKU SEORANG UMAT YANG MENGHORMATI
SESAMA DENGAN PENUH SOPAN SANTUN DAN
BERPATOKAN DENGAN ETIKA YANG BERLAKU
JUGA BAHKAN ADA PERANDA YANG TIDAK MEMAKAI KETU / BAWA,
PADAHAL ITU ADALAH
BUSANA KEBESARAN SEBAGAI ETIKA SEORANG PERANDA SAAT MELAKUKAN PUJA ????
AGAR LEBIH MENDALAMI,
SAYA AKAN PAPARKAN TENTANGARTI SUSILA
KITA HARUS SADARI BAHWA SEMUA CIPTAAN TUHAN PUNYA HARGA DIRI
INILAH SALAH SATU ETIKA SOPAN SANTUN YANG KITA LAKUKAN DENGAN MENGUCAPKAN :” Om swastiastu.
Karena semua prani
disusupi oleh tuhan yang majha kuasa. Tanpa beliau tidak mungkin akan
hidup yang mana dilambangkan dengan ONGKARA
dan disebu ATMAN setiap ada di dalam tubuh mahluk hidup
Isi
Singkat Babad Pasek Bandesa
|
||||||||||||||||||||||
|
\
Tidak ada komentar:
Posting Komentar