Jumat, 28 Maret 2014

MAKALAH " PERAN DALANG DALAM MENINGKATKAN SASTRA , BUDAYA DAN AGAMA HINDHU DI BALI



Peranan Dalang 
dlm meningkatkan Sastra, Budaya Agama   Bali.





SADHAR 2.jpg                                               






                
 

Olih : kakyang Dalang sadhar
(Sang ketut DharmayasaBA.)







PRAKATA
            Atas  asung waranugraha Ida  tuhan Yang maha kuasa, sebagai sumber pengetahuan di dunia, sehingga  saya  mampu membuat  makalah yang sederhana ini, yang  mana saya beri judul “ peranan dalang dalam mengembangkan sastra Budaya  Agama Bali. Karena  mengingat ada beberapa  dalang yang belum  mampu memaknai tentang tugas dan  peranannya dalam kehiodupan sehari hari, bahkan belum mengetahui secara mendetail tentang sastra    ajaran Agama  Hindhu sendiri.Sedangkan peran Dalang dalam hal ini sangat   penting dan  diperlukan sekali  dalam menuntun Umat  masyarakat  pada umumnya. Itulah sebagai latar belakang  kenapa saya  berikan judul “ Peranan Dalan dalam mengembangkan sastra  Budaya Agama Bali “
Merasa keterbatasan saya sebagai manusia yang mana dibentruk oleh unsur  Panca  maha buta, sebagai ciri  ketidak sempurnaan saya sebagai manusia, dan  di buat oleh pertemuan ayah dan ibu sebagai lambang rwa bhineda maka  jelas sekali kesalahan tidak mungkin akan bisa saya hindari oleh karena itu bila dalam  penyajian makalah yang saya  sajikan  ada yang tidak berkenan  agar  dimaafkan dan  jangan diam , berikanlah  masukan masukan dan sayan  kritik yang membangun sehingga  kemudian hari  bisa  saya  gapai kesempurnaan,
Atas  perhatiannya  para peserta  kami sampaikan  banyak terima kasih
Dari penyaji makalah
 SANG KETUT DHARMAYASA  BA.












                        RIWAYAT  HIDUP  PENYAJI
Om Awignam astu , Om swastiastu
Saya  dilahirkan di banjar peninjoan Desa paksebali kecamatan dawan  kabupaten klungkung  lahir pada tanggal   01 Januari  1960, Sukra  umanis  Menail.Sebenarnya saya  tidak berhak  memberikan    sajian disini  kalau ditinjau dari sudut profesionalisme,tetapi entah apa saya ditawari  untuk memebrikan makalah , pedalangan, saya akan coba, karena  mencoba tidak  akan salah  kalau merasa  mampu,.karena dari latar  belakang saya Tamatan sastra Inggris fakultas sastra  UNUD tahun 1984,  lalu  mempunyai penmgalaman di Hotel dunia pariwisata sejak   1986,dan pengalaman guru pengajar bahasa Inggris sejak tahun 1979 sampai sekarang.
Adapun unsur Seni dan darah  Pregina  mungkin dari leluhur saya  dulu, sehingga  apa yang saya lakoni sekarang ini serba ortodidak,dari : Gita shanti,Wakia Wirama , geguritan , terus terang saja   nggak pernah belajar dan siapa yang   menjadi guru ?Arja godogan , calon Arang , dan Topeng Sida karya, juga  secara  ortodidiak, bahkan  Ngusada, mayuh Oton, dan  wayang Sapu leger calon Arang wayang gedog, semua  itu tanpa guru….
Karena  saya sangat percaya dengan kata kata kresna pada  Arjuna :”wahai kau Arjuna, apapun yang kau pikirkan itulah yang kau temukan !!!!!
Wahai kau Arjuna  bila kau menyebut namaku, maka AKU  akan hadir pada DIRIMU !
Ini yang satya pakai titik acuan sehingga apa yang saya  lakoni sekarang ini  semua bersumber dari beliau dalam wuwjud Beatara Taksu ? ratu Nyoman sakti pengadangan sakti dan sekali gus beliaulah GURU saya sendiri !!!
Apapaun yang saya  paparkan nanti  semoga  bisa mengena dan sesuai dengan apa yang kita  harapkan bersama semoga  , mogi mogi  Astungkara !!
Om shanti,shanti,shanti  Om.
Kakyang Dalang.






Peranan Dalang dalam meningkatkan Sastra , Budaya  , Agama  Bali.
                           Oleh : kakyang dalang sadhar
Om Awignam astu , Om swastiastu,
Sebelum  saya  menukik pada inti pembicaraan lebih baik saya paparkan dulu apa arti Dalang. Dan apa itu Dalang.
Dalang
Orang yang memainkan (mengatur,menggerakkan) wayang (wayang kulit,dan wayang golek) dengan cara bersembunyi di balik layar dan sekaligus mengucapkan kata-kata yang seharusnya diucapkan oleh para pelaku dengan menggunakkan berbagai variasi suara (suara anak-anak,suara perempuan,suara laki-laki,suara raksasa,dan sebagainya, sesuai dengan identitas pelaku wayang yang disuarakannya. Dalang memiliki kemampuan fisik yang prima ketika melakukan pementasan karena ia harus sanggup duduk selama beberapa jam. Pertunjukan wayang biasanya berlangsung satu malam suntuk. Bagian-bagian penting yang berisi hal-hal yang bersifat filosofis justru disampaikan oleh dalang pada tengah malam atau atau pada dua pertiga malam. Dalang dapat melakukan improvisasi di dalam menyampaikan pertunjukan wayang. Semakin kreatif seorang dalang dalam menyajikan pertunjukan wayang,masyarakat penikmatnya akan semakin senang menyaksikan pertunjukannya.
      Disamping memperoleh keterampilan mendalang melalaui proses belajar,tidak sedikit para dalang menguasainya karena faktor keturunan. Maksudnya kepiawaian mendalang dari seorang ayah dapat diturunkan kepada anaknya,dan seterusnya.  Di dalam menyampaikan cerita,pada umumnya dalang menyampaikan dalam bahasa daerah. Wayang kulit atau wayang purwa dalam bahasa jawa dan wayang golek dalam bahasa sunda. meskipun dianggap melanggar ketentuan,karena faktor tertentu ada juga dalam yang menggunakan bahasa indonesia di dalam menyajikan pementasan wayangnya. Saat ini sudah ada sekolah/kursus dalang yang peminatnya bahkan berasal dari mancanegara,seperti Inggris,Belanda,dan Amerika Serikat.
 Juga ada berpendapat bahwa :
Seseorang yang  mengolah tentang carita  dan menjadi segala peran yang ada dalam pertunjukan maupun dalam permainan,dalam kehidupan.
Sehingga Dalang  itu  menyesuaikan diri dengan  pertunjukkan  atau pentas yang akan di tunjukkan,dari sini muncul akan  beberapa dalang:
1 dalang  wayang
2  dalang drama tari/ sendra  tari/ sang hyang jaran.

Sehingga  peran Dalang sangat penting karena  Dalang akan sebagai Panutan  masyuarakat  sekiytarnya. Atau seluruh masyarakat yang pernah  mendengar dan menonton  pertunjukkan yang didalangi.bahkan mampu menghilngkan peran dalang bila di kolaborasi seperti yg tertulis di Bali  post oleh  bpk suparta


Wayang Dikolaborasi, Peran Dalang Berkurang
UJIAN Sarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, 5-9 Mei lalu kembali mengukir sejarah dunia pedalangan. Betapa tidak, enam mahasiswa pedalangan ikut serta menampilkan karya seninya dengan semangat berkobar-kobar. Ini bisa dipahami karena mereka mendapat tugas berat yakni melestarikan kesenian yang diakui Unesco sebagai "Masterpiese of the Oral and Intangible Heritage of Humanity" atau "Karya Agung Budaya dan Benda Warisan Manusia".
------------
 
Demi meraih nilai memuaskan, mereka tampak "mati-matian" berusaha menunjukkan garapan seninya. Mereka menggunakan layar lebar, dengan tata-lampu modern seperti lampu strobo dan spot-lights. Mereka juga memanfaatkan teknologi canggih overhead-projector untuk menciptakan citra-citra realistis sebagai latar belakang.
Supaya lebih afdol, mereka juga memakai penari manusia, ada yang bertopeng dan ada pula yang dirias. Sejumlah pasinden pria maupun wanita juga menyemarakkan karya seni itu. Iringan musiknya pun beragam. Untuk semua itu, dana yang dihabiskan dari sejak latihan pertama sampai tampil ujian, konon sedikitnya Rp 15 juta.
Apa yang dilakukan para seniman akademis itu, rupanya bisa dipahami. Sebagaimana tersirat dalam "Ensiklopedi Wayang Indonesia" (vol.1, 1999), untuk mempertahankan dan mengembangkan kesenian wayang, ada tiga landasan utama yang perlu diperhatikan yaitu, hamot, hamong, dan hamemangkat. Hamot adalah keterbukaan untuk menerima pengaruh dan masukan dari dalam maupun dari luar.
Hamong adalah kemampuan untuk menyaring unsur-unsur baru yang sesuai dengan nilai-nilai wayang yang ada, untuk selanjutnya diangkat menjadi nilai-nilai yang cocok dengan wayang sebagai bekal untuk bergerak maju sesuai perkembangan masyarakat. Hamemangkat atau memangkat adalah suatu nilai menjadi nilai baru. Upaya ini dilakukan melalui proses panjang yang dicerna dengan cermat.
Dengan mengacu pada hamot, maka wayang kulit Bali rupanya sangat terbuka pada pengaruh-pengaruh dari luar. Kemajuan tekonologi telah memberi dan memperkaya warna baru pada kesenian ini. Alat pengeras suara, komputer dan alat canggih lainnya sangat membantu dalam pagelaran wayang kulit.

Difinisi Wayang
Apakah penampilan dalang ISI tadi bisa disebut kolaborasi, mungkin "ya". Apakah kolaborasi itu menunjukkan mereka kreatif dan inovatif, mungkin juga "ya". Terlepas dari semua itu, difinisi wayang dari dulu sampai kini tetap sama, yakni sebagai seni pertunjukan yang memadukan pelbagai macam unsur, seperti seni sastra, seni ukir, kriya, seni suara, seni drama, dan seni musik gamelan.
Dengan adanya kolaborasi itu, peran dalang menjadi berkurang. Untuk menggerakkan sejumlah wayang, dalang bisa menggunakan sejumlah orang. Demikian pula untuk membunyikan gedog, menciptakan suasana tertentu dengan tembang, juga sudah ada yang mengambil peran itu. Jika garapan seperti itu "diwarisi" terus menerus, maka untuk menampilkan garapan yang lebih maksimal, bisa mengandalkan dana. Paling tidak, uang sangat berpengaruh dan menjadi kunci utama, meskipun tidak bisa disebut mutlak.
Peserta ujian bisa menyewa seniman kondang. Jika ingin menampilkan adegan lucu, sewa saja pelawak terkenal. Singkatnya, para seniman atau artis kondang baik artis lokal maupun ibukota bisa dipasang untuk mengambil peran sesuai dengan lakon pertunjukan. Jangan lupa pula, publikasikan secara besar-besaran di media massa, maka penonton pun akan berjubel.
Maaf, ungkapan yang rada emosional tadi anggap saja sebuah gurauan yang tidak usah ditanggapi serius. Tulisan ini sama sekali tidak dimaksudkan melakukan penilaian, tapi hanya ingin memancing diskusi seputar seni pewayangan. Bagaimana sebaiknya seni pewayangan itu tampil untuk kepentingan ujian, yang notabene tim penguji adalah orang-orang yang paham pada seni dan memiliki kualitas akademis.
Tingkat apresiasi terhadap wayang tentu tidak sama, baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif. Perbedaan ini terjadi karena berbagai faktor yakni pendidikan dan pengetahuan, status sosial dan latar belakang budaya yang berbeda.
Lebih Banyak
Bagi masyarakat Hindu di Bali, wayang ditanggap lebih banyak untuk kepentingan upacara, kemudian dinikmati sebagai tontonan dan hiburan pelepas penat. Untuk upacara, yang penting "puput", untuk menghibur, yang penting lucu. Mereka tidak terlalu mempedulikan sisi artistik atau segi lainnya. Oleh karena itu, bagi penonton tertentu, akan merasa terhibur jika ada adegan penampilan yang glamor, vulgar, nyata. Teknologi canggih tentu sangat penting dilibatkan di sini. Namun bagaimana bagi kalangan budayawan atau tim penguji sekaliber dosen ISI?
Jika yang diuji atau dinilai adalah kemampuan individual peserta ujian (dalang), maka peran dalang sebaiknya diberikan lebih banyak. Semasa proses perkuliahan mereka mendapat pelajaran tetikasan (gerak wayang), anta wacana (dialog), olah vokal dan sebagainya, maka kepiawaian itu mesti ditunjukkan pada saat ujian.
Jika dalang memiliki modal vokal yang baik, menguasai tembang, maka kemampuan itu perlu ditampilkan. Peran pasinden bisa saja dikurangi atau ditiadakan sama sekali. Jika lampu listrik bisa menurunkan kualitas bayangan wayang, maka alat itu tak usah digunakan. Jika wayang adalah simbol, maka untuk apa pula menampilkan gambar realistis. Masyarakat awam pun bisa menerima kalau kayon bisa berperan sebagai air, angin, gunung, bahkan rumah.
Sekali lagi, tulisan ini tidak dimaksudnya untuk melakukan penilaian terhadap peserta ujian, melainkan hanya sekadar urun pendapat bagaimana sebaiknya menampilkan seni pewayangan (pedalangan) untuk ujian, untuk umum, maupun untuk eksperimen. Tempat, ruang dan waktu atau desa kala patra mungkin bisa menentukan penilaian sebuah penampilan. Ketika layar lebar dan teknologi canggih digunakan pertama kali, mungkin saja itu disebut pembaruan. Namun untuk ujian di kampus ISI, bisa jadi dianggap "biasa-biasa saja" bahkan usang.
Terlepas dari semua itu, usaha dan kerja keras ISI dalam melakukan gebrakan dalam dunia pewayangan patutlah diacungi jempol. ISI tentu tidak bermaksud hanya mencetak seniman (praktisi), tapi juga melahirkan intelektual, cendekiawan yang bisa berbicara pada masalah kebudayaan.
* wayan supartha
PERAN DALANG  DALAM  MENINGKATKAN  SASTRA  BUDAYA DAN AGAMA.
Seorang dalang  harus  mempunyai wawasan secara  general, karena dia mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari hari  agar  bisa menjadi panutan  masyarakat
Dalam bidang Sastra .
Ajaran  Agama Hindhu hampir  semuanya berdasarkan sastra,karena  sastra sebagai sumber segalanya.Tanpa sastra  Manusia mati, Itulah sebabnya seorang Dalang  sebagai dasar pengetahuan adalah sastra, karena segalanya yang akan dipaparkan adalah bagian dari sastra.misalnya Tatwa, Parwa, Purana,
Untuk menunjukkan Peran Dalang Dalam masyarakat Hindhu khususnya seorang dalang semestinya mempunyai Potensi dalam memaparkan ajaran sastra tersebut  kepada  audience.sehingga  mampu  menghapus  salah tafsir  yang begitu lama berkembang yang disebuit Gugun Tuwon yang  hanya mampu mengatakan “ MULA KETO” dari sini akan membuat kesan bahwa Agama Hindhu  hambar, sehingga tidak ada  kejelasan terhadap  ajaran Agama Hindhu
Contoh:
Seseorang bertanya, apa sebabnya  membuat penjor setiap Hari galungan ??kenapa  metanjung sambuk saat  mekalah kalahan ?? paling  tidak  hanya dijawab Mula keto / sudah dari sudah begitu !!!disinilah peran dalang agar  mampu mengupas isi Sastra  tersebut agar  mengetahui makna yang terkandung dalam  kata kata tersebut.
Misalnya tentang sang hyang Widhi,apakah sang hyang widhi , dimanakah beliau ,. Kenapa tidak bisa dilihat ?  semua pertanyaan tersebut akan hanya bisa mendapat jawaban : ‘ MULA KETO “
Menurut saya,bahwa  Mula keto  hanyalah salah penapsiran  yang selalu berkembang.
Sebenarnya Mula keto adalah terjemahan dari  ; TATWA,salah satu Krangka Agama Hindhu
\yang mana sebenarnya berarti :  Tat= That = Itu   wa=  is= ya,. Adalah.
Sehingga Tatwa= Itulah  dia yang benar ENTO  Ba Ya ! Mula Keto !
Jadi yang  hilang adalah : SATWA= SAT  kebenaran  WA= warah
Sehingga bila dilengkapi dengan Satwanya  maka akan jelaslah  dia  seperti ada YAMA TATWA= BEGITULAH SEBENARNYA   KEBENARAN TENTANG  YAMA.
WIDHI TATWA= BEGITULAH SEBENARNYA YANG DIMAKSUD  WIDHI
DEWA TATWA = BEGITULAH SEBENARNYA  YANG DIMAKSUD DEWA.
Widhi tatwa,
Apa, siapa , yang sebanarnya dimaksud Widhi ?
Kalau menurut sastra : WIDHI  berasal dari dua  kruna, suku kata : WI  dan DHI
Wi  adalah  wit= pokok , sumber.,asal. Dasar,
Dhi=  adhi = Utama =- Dibya
Jadi Widhi adalah  Sumber segala sumber, sebagai awal segalanya,  makanya dalam bahasa Inggris disebut :
 GOD  is the  source  of  everything in the  world ( sumber segala sumber  di seluruh Dunia)
Kalau di sastra spiritual dilkatakan bahwa Tuhan adalah sangkan paranikang rat = Dialah sebagai biang keladi biang kerok dan sebagai penyebab segala yang terjadi di dunia.
Kenapa  Sang Hyang Widhi nggak bisa Dilihat???
Pasti jawababnya yang anda terima : MULA KETO
\saya akan mencoba untuk mengungkap dengan sastra,sehingga para Dalang mampu menyampaikan pesan ini kepada Masyarakat agar betul betul  peran Dalang   meningkatkan Sastra Budaya Dan Agama. Hindhu.Bali
Sang Hyang  widhi juga disebut : ADHI SUKSMA
Adhi = utama=  sari =- inti
Suksma=  galang , lobang , hilang , suci ., sukla  sunya
ADHI  SUKSMA =   Sepi yang paling sepi, suci yang paling utama
Bila kita sadhar  bahwa  Sepi , sunya , Kosong, galang , terang,  dan lenyap.
Di dalam   tingkat perbandingan di dunia ada tiga  tingkat:
Positif, kompoaratif  , dan superlative
Yang positif : galang/ terang / sunyi
Komparatif : lebih galang , lebih terang, lebih sunyi
Superlatif + paling galang , paling terang, paling sepi .,paling sepi
Jadi Adhi Suksma = paling sepi . paling terang . paling galang. Paling  suci
Sevcara lokika bila saya bedrtanya kepada seseorang   kenapa sepi dirumah mu ?
Karena nggak ada  sipa,kalau nggak ada siapa   Mungkinkah  ada yang dilihat ?
Jelas sudah  apalagi  Paling sepi, yang sepi saja  nghgak ada  siapa siapa,apa lagi  paling sepi / sepi utama.
Yang kedua  Hyang Widhi juga disebut :  SANG HYANG  DIBYA  CAKSU
Dibya = inti , sari . pokok. Utama,
Caksu= mata,  sarana  untuk melihat.
Caksu Dibya =  optikal secara  biologis, karena sebagai  inti mata, yuang mana letaknya di ujung  belakang   mata, kalau dalam bahasa bali disebuit : HYANG WIDHI HANA MARENG TELENGING IRENGING MATA
Ditinjau  secara  Fisika / science, Mungkinkah kita melihat  inti masta  yang mana  sebagai  optikal atau saran  melihat, yang letaknya  dibelakang mata ?jelas tidak mungkin,
Karena  secara teori benda yang bisa dilihat  bila berada di depan mata!!!!
Jadi itulah sebabnya Kita tidak bisa melihat sang Hyang Widhi bukan “ MULA KETO
Ada juga cara kita  memaparkan kenapa Tuhan tidak Bisa dilihat karena beliau  biosa berwujud dualism :  Sekala/ real/nyata  dan  bel;iau juga  bisa berwujud  ABSTRACT/ Niskala/ tidak Nyata.
Bila kita mau  menerima bahwa WIDHI adalah segalanya,maka  APAPUN YANG  KITA  LIHAT  , MAKAN , MINUM ,RASAKAN , DENGAR DAN SEBAGAI  ADALAH  TUHAN
Sehingga segalanya disini adalah TUHAN/Widhi( sumber segalanya)
Contoh : pohon  mangga  sebenarnya  = tuhan, tetapi saking Bodonya  manusia dirubah  namanya bahkan diganti dan di klasifikasikan dengan bermacam macam mangga  sehingga Karakter Tuhan yang sebanarfnya  hilang… termasuk cirri Khasnya  Hilang !
Bila kita mengerti tentanbg sastranya  maka apapun akan bisa diungkap sesuai dengan yang diinginkan karena sastra Sumber Pengetahuan.
SWama dengan pengertian RWA BHINEDA.
Apa sebenarnya rwa bhineda ?banyak bisa mengucvapkan tetapi bila disuruh membuktikan   masih lengak lengok, cengingisan…..
Inio  yang perlu dibongkar oleh DaLANG  MENJELASKAN ARTI SASTRA SECARA TUNTAS KEPADA MASYARAKAT LUAS SEHINGGA  YANG MASAIH KABUR AGAR  JELASSSSSS!
RWA BHINEDA
Apa sebenarnya rwa bhineda?
RWA BHINEDA : adalah suatu  koindisi ‘RASA”/ keadaan yang berbeda tetapi tetap dalam satu kesatuan yang tak pernah bisa dipisahkan.
Jadi yang penting disini adalah Rasa.sehingga  memunculkan banyak tafsiran : contoh  rwa bhineda :Kangin – kauh, kaja kelod, suka  - duka, hidup mati, dsb
Yang mana sebenarnya disebut  rwa Bhineda antara  Kangin dan kauh /??? Ya  jel;as  posisi yang ada  di tengah,k  karena  yang ditengah mengandung kedua duanya, ::Kangin juga ada  di tengah,. Kauh juga ada di tengah. Contoh agar  lebih gamblang :
A berada disebelah timur  B  sedangkan  C ada disebelah barat  B,jadi  yang mengandung  Timur dan barat adalh “ B”sehingga  B  inilah sebenarnya yang dimaksud  Rwa Bhineda.
Yang penting kita  sadar akan  dasar  krangka Agama Hinmdhu adalah : TATWA . SUSILA UPACARA.,
TATWA : SEGALA SESUATU NYA SELALU BERPATROKAN PADA SASTRA
SUSILA ;prilaku , tindak tanduk, sifat, dan  perbuatan  yang  mamPU  MENYENAGKAN ORANG LAIN, SESUAI DENGAN AJARAN   AGAMA, SEHINGGA SESUAI DENGAN SASTRA,  SEDANGKAN UPACARA >RENTETAN PERJALANAN   SUATU  UPACARA/ ACARA  YANG MANA SELALU BERPATOKAN PADA SASTRA / TATWA.
DALAM UPACARA JELAS  MENGGUNAKAN  PIRANTI, / SARANA,SAMPAI SEKARANG BANYAK  YANG  BELUM TAHU TENTANG MAKNA DARI  PIRANTI TERSEBUT, BAHKAN TIDAK TAHU  GUNANYA…..
INI YANG PERLU DIPAPARKAN  KEPADA MASYARAKAT AGAR TIDAK SELALU :”MULA KETO ‘”
CONTOH : TETIMPUG  YANG MANA DIGUNKAN PADA SETIAP UPACARA :  CARUI  BUTHA YADNYA,  MEKALAH LAHAN./ PAWIWAHAN . / MANUSA YADNYA,NGENTEG LINGGIH / DEWA YADNYA, DSB.
YANG MANA  PIRANTI  ALAT TERSEBUT TERDIRI DARI TIGA  UNSUR :  PRAKPAK,(DAUN KELAPA YANG KERING ) BAMBU MUDA,
SEBENARNYA  MAKNA YANG TERKANDUNG ADALAH MEMBERIKAN  PENGERTIAN BAHWA : Tuhan yang  berwujud tri sakti selalu dekat dengan kita, dan sebagai bukti  juga  bahwa  Tuhan hanya satu, Cuma sebutan beliau berbeda, dalam bentuk lambing  trimurti Brahma Wisnu Iswara,  makanya ada juga  bilang bahwa: BRAHMA DIA WISNU DIA  DAN SIWA DIA, BISAKAH  MEMBUKTIKAN ????pasti terlena  nggak ada jawaban atau memmbisu,Inilah sebenarnya  sebagai bukti Bahwa Braha / prakpak, juyga sama dengan bamboo, tanpa keduanya tak mungkin akan  muncul : iswara/ suara yang makeplug !!!!!
Bila tanpa prakpak  bamboo takkan panas,. Tanpa adanya  bamboo, maka tak ada yang akan terbakar…jelas  suara tARRRRR tak akan terjadi ?
Disinilah agar kita mengatahui juga  makna : sabda  bayu  dan idep tidak boleh dip[isahkan karena  selalu menyatru demi kebaikan dan keberhasilan.
Sebagai bukti : bila seseorang  jalan p[ikirannya  berbeda dengan apa yang diucapkan pasti dicemoh….Bohong dusta  dsb. Apalagi  bicara  tak sesuai dengan laksananya ???jelas akan dilecehkan dalam kehidupan, itulah sebabnya kita sebagai manusia  : harus mampu menyatukan : PIKIRAN  , KATA KTA  - DAN PERBUATAN SEBAGAI WUJUD NYATA MAKA  BAHAGIALAH SEBAGAI HASIL TERAKHIR KASRENA SESUAI DENGAN APA YANG DI GAPAI !!!!!!!!!!!!
AGAMA  HINDHU BUKAN ANSTRAK TETAPI REAL:
MAMPU MEMBUKTIKAN BAHWA  API ADA DALAM AIR DAN  ANGIN ADA DALAM  API, YANG MANA  MEWUJUDKAN BAHWA Brahma  wisnu  siwa Tunggal !!!!
Sekaranmg  menjelang hari raya nyepi  banyak para  pemuda, yowana mulai  mengmpulkan bahan, dan  lalu membeli karbit, dicampu dengan air  maka terjadialah suatu suara  yang   amat DAHSYATTTTTTTTTTTTTTTTTTT!!!!!!!!KITA B UKTIKAN BRAHMA WISNU SIWA TUNGGAL TAK BISA DIPISAHKAN :
 C2 H2 ( KARBIT)   +  AIR  H2O = cedarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr(C2 H4)…..
ADALAGI  MAKNA  TIKEH DADAKAN
TIKEH = TAKEH =  PARIKRAMA= SOLAH/PIDADAB SAJERONING URIP
DADAKAN = TANPA DIKETAHUI  KEHADIRANNYA, TANPA DINYANA
PAN DAN=TITAH. KEHENDAK  TUHAN
MAKA TIKEH DADAKAN   BERARTI :
 BAHWA SETIAP ADANYA UPACARA, YANG SEBAGAI  PUCUK  DIUPACARAI HARUS LEBIH HATI HATI, KARENA SETIAP PEMBAHARUAN PASTI AKAN ADA PERUBAHAN/ GODAAN/COBAAN/MASALAH BARU / PROBLEMA, BELENGGU..
BILA ADA PERCOBAAN / GODAAN/ DSB HARUS MENYADARI DIRI SENDIRI KARENA  JAWABANYA  HANA DI RELUNG HATI YANG DALAM
INI SEBAGAI ARTI : KENAPA HARUS DITUSUK DIBUAT LOBANG DI TENGAH TENGAH TIKAR DADAKAN ITU.
SETIAP  UPACARA :
MENEK BAJANG / RAJA SWALA / RAJA SINGA. METATAH . PAWIWAHAN. MEDIKSA., metatah  harus ada tikeh dadakan
Apalagi  masalah SUSILA
Salah satu  dari bagian TRI KRANGKA AGAMA HINDHU YANG MESTI DIKETAHUI DAN DILAKSANAKAN OLEH  UMAT HINDHU. MASIH JUGA  BANYAK YANG BELUM MENGERTI, BUKTINYA BANYAK YANG MASIH MERASA  LEBIH  TERHORMAT, MERASA   WARIH BANGSAWAN.  MDERASA LEBIH  TINGGI DERAJATNYA.
KALAU MAU  MEMPELAJARI SASTRA maka tidak akan terjadi demikian disinilah p[erlu Ki Dal;ang  memaprkan kepada  masyarakat.agar mampu  meng APPLIKASIKAN SASTRA TERSEBUT PADA KEHIDUPAN  SEHARI HARI
SUSILA
 TERKANDUNG SOPAN SANTUN, SALING MENGHORMATI, SALING MANGHARGAI
INIPUN BELUM SEMUA  MAMPU MELAKSANAKAN DENGAN BENAR BAHKAN ADA P0ERANDA YANG SUDAH SUCI  DINIKSAN  MASIH JUGA TIDAK MAU   MELAKSANAKAN PUJA STUTI BERSAMAAN DDENGAN SEORANG MPU
APAKAH SRI MPU   LEBIH RENDAH ???INILAH PERLU DI BONMGKAR DIPAPARKAN LEWAT PENTAS WAYANG OLEH KI DALANG AGAR TAHU TENTANG SUSILA YANG SEBENARNYA.!
SEDANGKAN SUDAH NYATA DALAM PELAJARAN SUSILA ADALAH  TINGKAH LAKU SEORANG UMAT YANG MENGHORMATI SESAMA DENGAN PENUH SOPAN SANTUN DAN  BERPATOKAN DENGAN ETIKA YANG BERLAKU
JUGA  BAHKAN ADA  PERANDA YANG TIDAK MEMAKAI KETU / BAWA,
PADAHAL ITU ADALAH  BUSANA KEBESARAN SEBAGAI ETIKA SEORANG PERANDA SAAT  MELAKUKAN PUJA ????
AGAR  LEBIH MENDALAMI, SAYA  AKAN PAPARKAN TENTANGARTI SUSILA
KITA HARUS SADARI BAHWA SEMUA CIPTAAN TUHAN PUNYA  HARGA DIRI  INILAH SALAH SATU ETIKA SOPAN SANTUN YANG KITA  LAKUKAN DENGAN  MENGUCAPKAN :” Om swastiastu.
Karena semua prani  disusupi oleh tuhan yang majha kuasa. Tanpa beliau tidak mungkin akan hidup yang mana dilambangkan dengan ONGKARA  dan disebu ATMAN setiap ada di dalam tubuh mahluk hidup





Isi Singkat Babad Pasek Bandesa
http://www.babadbali.com/image/bullet/kemboja-pot.gif
Diceriterakan keturunan I Gede Manik Mas, berempat di Jembrana di Banjar Wani Tegeh yang asalnya dari Majapahit.
Adalah keturunannya yang berada di Pujungan bernama I Gede Tobya. Ada juga di Beratan yang bernama I Gede Jagra. Senang lah hati Ida Ayu Swabawa, yang berstana di Pulaki dipuja oleh orang Sumedang. Yang ada di Pujungan dan Beratan dengan tekun mempelajari ajaran Canting Mas, Siwer Mas seperti Weda Sulambang Gni, Pasupati Rancana.
Inilah yang diterapkan oleh I Gede Bandesa Mas. Bila mana ada keturunan Ki Bandesa Mas, pandai dengan ajaran agar diimbangi dengan perbuatan.
Diceriterakan Ida Bhatara Danghyang Dwijendra pergi ke Gelgel, diiringkan oleh turunan Ki Gede Bandesa Mas. Kemudian sebelum Ida ke Gelgel, di mana putrinya Dewa Ayu Swabawa disembunyikan, lalu dikutuknya penduduk Pulaki hingga lenyap.
Tersebut pemerintahan Dalem di Gelgel, datanglah Sri Aji Kepakisan. Beliau lah mendirikan Gelgel, dengan para Punggawa, Manca, dan Prajuru yang dilengkapi dengan Pendeta Siwa Buddha dan Bhujangga. Pengiring dari Sri Kresna Kepakisan adalah Arya Kuta Waringin, Sira Arya Manguri, Sira Arya Dalancang, dan Sira Arya Guda dan yang diandalkan adalah Ki Patih Ularan, Ki Pangeran Pasek Gelgel, Ki Gede Bandesa dan juga para prajurit sekalian.
Kemudian berkata lah Ida Dalem kepada Ki Pangeran Pasek.
Oleh karena baktinya Ki Bandesa terhadap sira Kresna Kepakisan, maka diberi jabatan Ki Bandesa Mas.
Adapun para putra beliau seperti Ki Gusti Agung, Ki Gusti Nginte, Ki Gusti Jelantik, Ki Gusti Pinatih, Ki Gusti Dawuh, Ki Gusti Lanang, Ki Gusti Tapa Lare dan sebagainya. Juga para pangeran, Ki Pasek Gelgel, Ki Gede Bandesa Manik Mas, Ki Gede Dangka, Ki Gede Gaduh, Ki Gede Tangkas Agung Duryan, I Gede Kabayan, Ki Gede Pamregan, dan Ki Gede Abyan Tubuh.
Ada lagi keturunan dari mempelai istri yang bernama Ki Gede Pulasari, Ki Gede Babandem, Ki Gede Salahin, Ki Gde Kamoning, dan Ki Gede Suruh. Keturunan Ki Pasek Gelgel sebanyak 8 orang seperti Pangeran Gelgel, Pangeran Abyan Tubuh, Pangeran Selat, Pangeran Sibetan, Pangeran Dangan, Pangeran Batur dan Pangeran Anyaran. Juga diceritakan Warga Pasek Bali Mula (warga pasek sebelum kedatangan Sri Kresna Kepakisan ke Bali), yaitu Pasek Kedisan, Pasek Sukawana, Pasek Taro, Pasek Celagi, Ki Gede Bandesa Gelgel menurunkan Pangeran Bandesa Gelgel dan Pangeran Manik Mas. Ki Pangeran Gelgel berputra Ki Abyan Tubuh, Ki Gede Selat dan Ki Gede Samping. Ki Pangeran Manik Mas menurunkan Ki Gede Manik Mas dan Ki Gede Pasar Badung, Ki Gusti Agung bersama Ki Gusti Kaleran bertentangan dengan Dalem dan membuat daya-upaya bersama Ki Gusti Lanang Jungutan. Dan Ki Gusti Tapa Lare dan para putranya sehingga daya upaya ini yang menyebabkan banyak para Arya di Gelgel. Dan juga para Pangeran sekalian seperti Ki Gede Pasek Gelgel, Ki Gede Bandesa Manik Mas, Ki Gede Dangka, Ki Gede Gaduh, Ki Gede Tangkas Agung Duryan, Ki Gede Kubhayan, Ki Gede Pamregan, Ki Gede Abyan Tubuh.
http://www.babadbali.com/image/bullet/kemboja-pot.gif
Ada pula Pangeran dari Pradana (keluarga wanita) dari Sri Aji Bali seperti Ki Gede Bala Pulasari, Ki Gede Babandem, Ki Gede Salahin, Ki Gede Kamoning dan Ki Gede Suruh. Demikian banyaknya keluarga Pangeran.
Diceriterakan keturunan Ki Pasek Gelgel yang menurunkan 8 orang- yaitu Pangeran Gelgel, Pangeran Abyan Tubuh, Pangeran Slat, Pangeran Sibetan, Pangeran Dangan, Pangeran Batur dan Pangeran Anyaran.
Ada juga Warga Pasek Bali Mula (asli) yaitu pasek Kedisan, pasek Sukawana, Pasek Taro, Pasek Celagi, dan Pasek Kayu Selem. Putra dari Ki Gede Bandesa Gelgel adalah Pangeran Bandesa Gelgel dan Pangeran Manik Mas. Pangeran Gelgel kemudian menurunkan Ki Gede Abyan Tubuh, Ki Gede Selat dan Ki Gede Samping. Sedangkan Ki Pangeran Manik Mas berputra 2 orang yang bernama Ki Gede Manik Mas dan Ki Gede Pasar Badung.
Ki Gusti Agung, Ki Gusti Kaleran, dan para manca membuat kekacauan dan menentang Ida Sri Kresna Kapakisan dengan jalan bersekongkol dengan raja Karangasem dan para putra-putranya sekalian. Kemudian Ida Sang Aji Bali diutus ke Besakih dengan melihat kahyangan yang ada di Bali. Para putra Pasek Bali Mula ada yang di Payangan, di Carangsari, di Desa Tegal Lalang, di Blahbatuh, ada di Negari, di Sibang, di Lukluk di Batu Sepih Badung, Marga, Penebel, Wanasari dan sebagainya.
Putra Ki Pasek Kubhayan ada di Batur, Tabanan, Baturiti, Pajaten, di Kerambitan, Antasari, dan Sanda. Dan yang di Tabanan menurunkan di Gobleg.
Putra Ki Gede Abyan Tubuh, mengungsi ke Pandak di Badung, Sibang Beranjingan, Bajra, Sanda Buleleng dan di Banjar. Putra Ki Pasek Gelgel yang berada di Gianyar, ada yang ke Blahbatuh, ke Mengwi, Badung, Tabanan, Buleleng, dan yang di Kediri diangkat menjadi Prabekel. Mengenai putra Ki Gede Manik Mas minggat dari rumah. Kemudian Ki Gede Abyan Tubuh berada di Mangwi sehingga anak cucu beliau mengaku berasal dari Mengwi, Ke Jimbaran, ke Kaba-Kaba, ada yang ke Tabanan. Diceriterakan putranya yang ada di Jimbaran yang mempunyai putra yang bernama Ki Gede Bandesa Gumyar seorang dukun yang tinggal di Desa Tangkan. Ada pula yang ke Blahbatuh ada yang ke Desa Canek, ke banjar Tunon dan ada yang ke Payangan. Ki Gede Bandesa Selat menyebar, ada di Selat, di Apuan, di Desa Duda, di Tirta, di desa Tista Karangasem, di Taman Bali, di Panarungan, di Marga dan ke Jelantik. Ki Gede Dangka, menurunkan putra yang menghamba di Klungkung dan selanjutnya pindah ke Badung tinggal bersama Ida Padanda Raka dan Geria Gede. Dari Geria Gede lalu-pindah ke Sesetan. Putranya yang lain ada di Baturiti, ada di Buleleng, dan ada juga di Tohpati.
Perjalanan Ki Gede Samping ke Badung, yang selanjutnya pindah-pindah ke Mengwi, ke Marga dan sampai ke Jembrana.
Dan turunan Ki Bandesa Manik Mas juga menyebar ke desa-desa seperti ke desa Batan Tingkih, Tulikup, ke Blahbatuh, ke Gunung Bangli, di Pejeng, di Sempidi, di Bongkasa, Tabanan, Wanagiri, Sanda, Buleleng, Gobleg, di Munduk Sawan, Jagaraga, Sangsit, Sukasada, dan di Banjar.
Keturunan Ki Bandesa Pasar Badung menyebar dari Gelgel menuju Gianyar, di Blahbatuh, Negara, Badung, ke Pandak, di Kadiri, di Kulating, Pangkung Tibah, Jegu dan Tegallinggah.
Diceriterakan asal mula dari warga Ki Bandesa Manik Mas yang direstui oleh Ida Padanda Dwijendra serta ajaran yang diberikan beliau dapat dipakai pegangan. Karena baktinya Ki Bandesa Manik Mas dengan mempersembahkan putrinya kepada Ida Pedanda. Kemudian Ida Pedanda mendirikan Parhyangan di Desa Mas yang diberi nama Pura Taman Pule. Ida Pedanda mempunyai putra bernama Pangeran Ida Bukcabe yang kemudian dihormati oleh wangsa Brahmana sekalian. Untuk pemujaan Ida Bukcabe dibangun sebuah tugu (Pasimpangan) yang berbentuk gedong yang beratapkan bata. Dan untuk pemujaan Bhatara di Basukih berupa Meru tingkat 5. Tugu pada pintu adalah pemujaan Jro Gede Dangka.
Ajaran mistik dari Ida Ayu Swabawa yang diberikan oleh Ida Pedanda Dwijendra berupa Siwer Mas, Canting Mas dan Kalabang Gni.
Ditegaskan juga asal usul keturunan Ki Pasek Gelgel yaitu Hyang Gnijaya berputra Mpu Witadharma dan Sang Kulputih. Sang Mpu Witadharma menurunkan Mpu Wiradharma. Mpu Wiradharma berputra 3 orang yaitu Mpu Lampita. Mpu Pastika, dan Mpu Ajnyana. Tetapi hanya Mpu Lampita menurunkan putra 3 orang yaitu Mpu Pradah, Mpu Kuturan, Mpu Katrangan. Mpu Pradah berputra Mpu Bahula, Mpu Bahula berputra Mpu Tantular dan Mpu Pudra. Mpu Tantular berputra 4 orang yaitu Mpu Panawasika, Mpu Asmaranata, Mpu Sidhimantra, dan Mpu Kapakisan. Mpu Asmaranata menurunkan Mpu Angsoka, dan Mpu Nirartha. Mpu Nirartha bernama juga Bhatara Dwijendra atau Bhatara Sakti Wawu Rauh. Mpu Sidhimantra berputra Ida Manik Angkeran. Ida Manik Angkeran berputra Ida Tulusdewa dan Ida Kacang Paos. Ida Tulusdewa berputra Ida Banyakwide dan Arya Sidemen, Ida Banyakwide menurunkan Arya Pinatih atau Arya Wang Bang, Mpu Kapakisan berputra Danghyang Kresna Kapakisan. Mpu Ajnyana berputra Mpu Pananda bertempat di Silayukti. Ada juga Mpu Jinaksara yang menurunkan Mpu Ketek yang kemudian menurunkan Arya Tatar. Arya Tatar bergelar Patih Ulung. Patih Ulung berputra Arya Semar, Arya Semar berputra Gusti Langon. Dari I Gusti Langon inilah yang menurunkan 6 orang wangsa Pasek di Bali seperti Ki Pasek Gelgel, Ki Pasek Denpasar, Ki Pasek Tangkas, Ki Pasek Tohjiwa, Ki Pasek Nongan dan Ki Pasek Prateka serta Ki Pasek Kebayan.




Diceriterakan Sira Bhatara Dwijendra setelah kawin dengan putra Ki Pangeran Mas yang menurunkan Ida Padanda Bukcabe. Ida Bukcabe ini berputra 3 orang yaitu Ida Padanda Kacang Paos, yang berada di Mas, Ida Bukyan bertempat di desa Abiansemal yang diemban oleh Arya Dawuh, yang paling bungsu Ida Padanda Baluwangan tinggal di-desa Padang Jarak yang diiringi oleh rakyat sebanyak 40 orang. Ida Padanda Baluwangan kemudian pindah ke Sanur yang diantarkan oleh Arya Pacung dengan gelar Ida Padanda Kidul.
http://www.babadbali.com/image/bullet/kemboja-pot.gif
Nama/ Judul Babad :
Babad Pasek Bendesa
Nomor/ kode :
Va. 5b59, Gedong Kirtya Singaraja,
Koleksi :
Puri Gede Kaba-Kaba.
Alamat :

Bahasa :
Jawa Kuna Tengahan bercampur Bali.
Huruf :
Bali
Jumlah halaman :
25 lembar.
Ditulis oleh :
I Gusti Ngurah Ged


\




Tidak ada komentar:

Posting Komentar